Rabu, 21 September 2011

SEJARAH MINANGKABAU Untuk SD





Buku Pelajaran Untuk
SEKOLAH DASAR



Penulis :
MUHAMMAD ZALZALAH


UNTUK KELAS
IV SD
 

 










Semester Pertama
BAB I
KERAJAAN GUNUNG MERAPI


A. Pengantar
Banyak buku-buku yang menulis mengenai adat, tambo dan juga tentang Budaya Alam Minangkabau yang sekarang dipelajari di Sekolah Dasar. Begitu juga pada seminar kebudayaan, adat istiadat dan masuknya Islam ke Minangkabau. Semuanya itu sudah sering diseminarkan baik di Sumatera Barat maupun di luar Propinsi Sumatera Barat. Tetapi kesemua itu tidak menceritakan secara terperinci Sejarah Minangkabau atau pertama kali datangnya nenek moyang bangsa Indonesia.
Dan di dalam buku Sejarah Minangkabau ini penulis berusaha mengupas secara lebih terperinci mula-mula datangnya nenek moyang bangsa Indonesia yang telah penulis perkirakan menurut bermacam-macam sumber buku sejarah dan tambo yang penulis pelajari, sehingga penulis berkesimpulan bahwa bangsa Minangkabau adalah bangsa pertama yang ada di Indonesia.
Generasi sekarang hanya mengetahui bahwa adat adalah sebagai suatu hasil filsafat yang gemilang dari nenek-moyang suku bangsa Minangkabau terdahulu. Tetapi bila dipertanyakan siapa penciptanya? Diperoleh jawaban dengan singkat: “Datuk Katumanggunan dan Datuk Parpatih Nan Sabatang”. Akan tetapi tidak dapat menyatakan tentang keberadaannya bila dituntut secara fakta yang failit dalam sejarah Minangkabau.
Mengenai Datuk Katumanggunan dan Datuk Parpatih Nan Sabatang, Bundo Kandung, Adityawarman dan tokoh-tokoh lainnya sedikit sekali disinggung, namun tak pernah diarahkan sebagai topik yang sentral dan terarah.
Selama ini para ahli sulit membuktikan keberadaan tokoh-tokoh adat tersebut, apa lagi menyusun suatu data yang kronologis, karena hanya dianggap sebagai suatu mitologo. Tetapi di dalam buku Sejarah Minangkabau ini penulis mencoba untuk mengungkapkan secara detail yang dimulai dari masuknya ninik moyang Bangsa Indonesia yang pertama kali yaitu di Pulau Perca (Sumatera) yang dimulai sekitar tahun 250 SM sampai ke zaman pemerintahan Adityawarman.
Penulis mendapatkan fakta di dalam Tambo bahwa kerajaan yang tertua di Indonesia adalah Kerajaan Gunung Merapi. Tahun 250 SM nenek moyang kita Dapunta Hyang beserta rombongannya (bala tentara) berlayar telah berminggu-minggu di tengah lautan dengan mempergunakan perahu dari kayu jati seadanya.
Rombongan yang pertama menginjakan kakinya di Pulau Perca (Sumatera) dipimpin Dapunta Hyang Sri Maharaja Diraja beragama Syiwa-Buddhis atau menyembah berhala.
Pengertian Sejarah
“Sejarah” berasal dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang artinya “pohon”. Menurut pengertian dari bahasa Arab, sejarah sama artinya dengan sebuah batang pohon yang terus menerus berkembang dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebih kompleks atau ke tingkat yang lebih maju. Sehingga diumpamakan sejarah menyerupai perkembangan sebuah pohon yang terus menerus berkembang dari akar sampai ke ranting yang terkecil.
Berbicara mengenai sejarah kita tidak pernah terlepas dari pengalaman masa lampau yang telah kita lalui. Jadi sejarah bukan sesuatu yang asing bagi kita. Walaupun demikian masih banyak di antara kita yang belum mengetahui, “Apa sebenarnya sejarah itu?  Apa tujuan belajar Sejarah dan apa manfaat belajar sejarah terutama Sejarah Minangkabau”.
Belajar Sejarah Minangkabau sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tidak ada masyarakat di dunia ini yang tidak ada sejarahnya. Walaupun tidak semuanya mengetahui bagaimana kehidupan di dalam masyarakat terdahulu. Ini disebabkan kurangnya peninggalan tertulis di tengah-tengah masyarakat terdahulu.
Dengan mempelajari Sejarah Minangkabau, kita akan mendapat gambaran tentang kedatangan nenek moyang dan kehidupan masyarakat di masa lampau dan mengetahui peristiwa-peristiwa serta kejadian-kejadian yang terjadi. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu dapat kita jadikan sebagai suatu pedoman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di masa yang akan datang.

 



B. Iskandar Zulkarnain Raja Macedonia
Iskandar yang Agung ialah anak dari Maharaja Philip II dari Macedonia dan ibunya Puteri Olympias dari Epirus.
Aristoteles ialah guru pribadi Iskandar. Beliau memberikan latihan yang teliti kepada Iskandar dalam bidang retorik dan kesusasteraan serta melatih minatnya terhadap sains.
Ketika Iskandar yang berumur 16 tahun ia dilantik untuk mernerintah Macedonia pada 339 SM. Dan pada tahun 338 SM, Raja Philip II mencipta Liga Corinth. Iskandar juga membantu ayahandanya dalam Perang Chaeronea yang berlaku pada tahun itu.
Sayap pasukan berkuda yang dikomandani oleh Iskandar mengalahkan kumpulan Suci dari Thebes. Maharaja Philip II merebut Boeotia daripada Thebes dan meninggalkan sekumpulan garison di dalam kubu kota. Namun sesudah melantik Iskandar menjadi Raja di Macedonia, tahun 339 M, Raja Philip mengambil isteri kedua, dan menyebabkan ibunda Iskandar, Olympias, merasa sedih. Ini pula menyebabkan perkelahian antara Iskandar dengan ayahandanya, sehingga pewarisan takhta Iskandar terhadap Macedonia hampir-hampir tidak jelas.
Pada tahun 336 SM, Maharaja Philip II dibunuh sewaktu menyertai upacara perkahwinan anak perempuannya, Cleopatra dari Macedonia, dengan Maharaja Alexander dari Epirus. Pembunuhnya Maharaja Philip II adalah Pausanias.
Pada tahun 335 SM, Iskandar bertempur dengan Thrace dan lilyria untuk merebut Danube di bagian Utara Kerajaan Macedonia. Orang Thebes dan Athena memberontak. Iskandar pun membalas, Thebes memutuskan untuk menentang mereka. Penentangan itu sia-sia, pada akhirnya, kota itu kalah dengan banyak petumpahan darah. Orang-orang Thebes menghadapi penderitaan yang amat menyedihkan sewaktu kota mereka dibakar dan wilayah mereka dibagikan kepada negara Boeotia.
Dari untaian sejarah ini, dapat kita pahami bahwa Iskandar Zulkarnain dari Macedonia, telah berlangsung pada tahun 339 SM dan berkuasa di Macedonia.
Dari Macedonia, angkatan tentara Iskandar melintasi Hellespont dengan kira-kira 42.000 orang tentara yang terdiri khusus dari orang Macedonia dan orang Yunani, dan termasuk juga orang Thrace, Paionia dan Illyria. Sesudah kemenangan pertama menentang angkatan Parsi dalam Perang Granicus, Iskandar menerima pengakuan kalah dari ibu kota daerah Parsi serta perbendaharaan Sardis dan menuju ke arah pantai Lonia
Di Halicarnassus, Iskandar berhasil membuat pengepungan yang pertama dari medan yang berikutnya, dan akhirnya memaksa musuhnya, Memnon dan Rhodes yang merupakan kapten tentara bayaran dari Orontobates, pelindung Parsi dan Caria, untuk mundur melalui laut. Dari Halicarnassus, Iskandar menuju ke Lycia yang merupakan daerah pergunungan serta dataran Pamphylia, dan mengawal semua kota di persisir pantai. Karena tidak ada pelabuhan yang utama dari Pamphylia, Iskandar menuju ke pedalaman.
Di Termessus, Iskandar menundukkan Pisidia, tapi tidak menggempur kota itu. Di Gordium, ibu kota Phrygia kuno, Iskandar mengalahkan Gordius (Gordian Knot), satu pencapaian dalam menunggu bakal “raja Asia”. Angkatan tentera Iskandar melintasi Gentang Cilicia, bertemu dan mengalahkan angkatan tentara Parsi yang utama di bawah arahan Darius III dalam Perang Issus pada tahun 333 SM.
Iskandar menaklukkan Tyre dan Gaza dalam perjalanan menuju pantai Mediteranians setelah lebih dahulu mengepung Tyre, tetapi tidak mernasuki kota Al Quds di Yerusalem. Dalam tahun 332 SM sehingga 331 SM, Iskandar di agung-agungkan sebagai pembebas kerajaan Mesir. Iskandar meresmikan Alexandria (Iskandariah) di Mesir yang kemudian menjadi ibukota yang makmur untuk Dinasti Ptolemy.
Iskandar menuju ke arah timur ke Assyria (kini Iraq utara), dan mengalahkan Darius dan angkatan tentara Parsi yang ketiga di Perang Gaugamela. Darius terpaksa melarikan diri, dan Iskandar mengejarnya hingga ke Arbela. Sewaktu Darius lari melintasi gunung ke Ecbatana (Hamadart), Iskandar menuju ke Babylon.
Dari Babylon, Iskandar pergi ke Susa yang merupakan salah satu ibu kota Achaemenid, dan mengalahkan pemimpinnya dengan mengirim angkatan tentaranya ke Persepolis ibu kota Parsi, melalui Royal Road, Iskandar menawan Genting Parsi (di Gunung-ganung Zagros), dan kemudiannya memecut ke Persepolis sebelum pimpinannya di kuasai Iskandar dengan membakar istana Xerxes dan merebak ke seluruh kota.
Kelompok Iskandar selama tiga tahun menentang Bessus buat permulaanya dan kemudiannya Spitamenes, pelindung Sogdiana, membawanya ke Media, Parthia, Aria, Drangiana, Arachosia, Bactria, dan Scythia. Akhirnya, kedua-dua tokoh itu dikhianati oleh orang-orang sendiri, Bessus pada tahun 329 SM dan Spitamenes pada tahun yang berikutnya. Dalam proses itu, Iskandar menewaskan Herat dan Maracanda. Iskandar juga mendirikan kota-kota yang baru, kesemuanya diberi nama “Alexandria”, termasuknya Kandahar di Afghanistan, dan Alexandria Eschate di Tajikistan.
Dari Tanjikistan Menuju India
Sesudah kematian Spitamenes dan perkahwinannya dengan Roxana  untuk menjalin persahabatan dengan pelindung-pelindung barunya dari Asia Tengah, Iskandar akhirnya mengalihkan perhatiannya ke India Pada tahun 326 SM. Maharaja Ambhi, pemerintah Taxila, menyerahkan kotanya kepada Iskandar tanpa pertempuran berarti. Sebagaimana di Italia, maka di negeri baru ini Iskandar juga membuat uang Coin yang kemudian menyebar ke seluruh India.
Uang yang dicetak di Babylon untuk memperingati kelompok Iskandar di India, pada sekitar 323 SM. Kepala Iskandar berdiri dengan bersenjata penuh sewaktu dimahkotai oleh Nike, serta memegang Zeus, dewa petir.
Ekor penunggang Yunani, kemungkinan Iskandar, menyerang gajah dalam perang India, mungkin ketika perang Porus di sini tampak Iskandar dalam pakaian kebesaranmya memakai dua Tanduk.
Iskandar kemudian menamakan salah satu daripada dua buah kota yang baru diresmikannya sebagai “Bucephala”, untuk menghormati kuda yang membawanya ke India. Iskandar meneruskan penaklukan ke semua negeri dekat sungai yang mengalir ke Sungai Indus.
Di timur kemaharajaan Porus yang berdekatan dengan Sungai Gangga, terletak sebuah kota Magadha yang sangat kukuh yang diperintah oleh Dynasti Nanda. Dari sini, terjadi perpecahan dalam tubuh angkatan perang yang pimpin Iskandar. Oleh karena takut terhadap prospek untuk menghadapi angkatan tentara India yang amat kuat, karena sudah amat letih sesudah berperang bertahun-tahun, tentara Iskandar memberontak dan enggan bergerak ke timur. Oleh Coenus, salah seorang mitranya, Iskandar membujuk untuk kembali ke Babylonia.
Namun dalam perjalanan kembali pulang Iskandar menaklukkan semua kawasan di Indus selatan Lautan India. Iskandar mengutus Jeneral Craterus dengan sebahagian besar angkatan tentaranya ke Carmania (Iran selatan), dan memerintah angkatan laut di bawah Laksamana Nearchus untuk membuka pesisir Teluk Parsi. Baginda mengetuai tentara-tentara yang tinggal untuk kembali ke Parsi melalui Gedrosia (kini, Makran di Pakistan Selatan).
Setelah mengetahui banyak pelindung dan tentaranya berkelakuan tidak setia, Iskandar menjalankan hukuman mati terhadap mereka sebagai contoh untuk yang lain, kejadian ini terjadi dalam perjalanan ke Susa. Sebagai rasa terima kasih, baginda membayar hutang bagi tentaranya dan mengumumkan yang cukup umur dan yang kehilangan semangat akan pulangkan ke Macedonia di bawah Craterus melalui lautan samudra India.
Para tentara angkatan perang itu juga mengkritik dengan perasaan pahit terhadap adat-adat dan pakaian Parsi. Tetapi untuk mencipta keharmonian yang kekal antara orang Macedonia dan Parsi, Iskandar mengadakan kawin beramai-ramai antara pegawai-pegawai kepercayaannya dengan wanita-wanita bangsawan Parsi dan bangsawan yang lain di Opis. Usaha untuk menggabungkan kebudayaan Parsi dengan kebudayaan Yunani dalam tentara Yunani termasuk melatih sepasukan tentera Parsi dalam cara orang Macedonia, sebagai salah satu upaya Iskandar memelihara keutuhan pasukkan perangnya. Di Parsi, Iskandar menggunakan gelar Parsi, Shahanshah (“maharaja agung” atau “maharaja antara maharaja-maharaja”).
Sebelum kembali ke Babylon, Iskandar kawin dengan puteri Kida Hindi dan mempunyai keturunan seorang puteri. Beberapa tahun kemudian baginda jatuh sakit dan kemudian mangkat pada hari Jumat, pukul empat petang, dalam perjalanan dari Hindi ke Italia.
Puteri Iskandar Zulkarnain ini, kawin dengan Raja Aristunsyah, raja dari Turkey, anak yang lahir dari perkawinan itu, adalah Raja Aftas yang mewarisi kekuasaan Iskandar Zulkarnain di Macedonia, negeri Hindi, dan Tureystan. Keturunan raja Aftas yang menjadi Raja di kerajaan Chola di lembah sungai Indus.
Kerajaan Chola merupakan kerajaan kuat di wilayah India Selatan. Kerajaan ini muncul dalam kisah Mahabharata. Bangsa ini dipercaya memiliki hubungan dengan bangsa Siwi atau Sibi, bersama dengan Sindlau Sauwira. Dalam catatan sejarah, Kerajaan Chola tumbuh sebagai kerajaan yang besar dan raja-rajanya adalah keturunan dari Puteri Kida Hindi, yang dikawini Iskandar Zulkarnain, sekitar tahun 325 SM.
Awal Kedatangan Nenek Moyang
Sedangkan putra-putra Raja Iskandar Zulkarnain ada tiga orang dari perkawinannya yang pertama di Macedonia. Pada suatu waktu mereka bertiga berlayar. Dan dekat Pulau Sailan mahkota emas mereka jatuh ke dalam laut. Puluhan orang yang ahli menyelam dikerahkan untuk mengambilnya. Tetapi tidak berhasil, ini disebabkan mahkota emas dipalut oleh seekor ular di dasar laut. Seorang panglima memanggil seorang pandai emas. Tukang emas itu diperintahkan untuk membuat sebuah mahkota yang serupa.  Pandai emas menggunakan suatu alat yang dinamakan “Camin Taruih” untuk dapat meniru dengan sempurna mahkota tersebut. Setelah pandai emas selesai membuat mahkota emas ia dibunuh. Ini demi menjaga rahasia agar tidak terbongkar dan juga tidak dapat ditiru lagi.
Waktu Dapunta Hyang dengan gelar Sri Maharaja Diraja terbangun dari tidurnya, mahkota yang telah dibuat pandai emas itu diambil dan dikenakannya di atas kepalanya. Ketika pangeran yang berdua terbangun dari tidurnya bukan main sakit hati mereka melihat mahkota itu sudah dikuasai oleh si Bungsu.
Maka terjadilah pertengkaran, sehingga akhirnya mereka bertiga berpisah. Sri Maharaja Alif meneruskan pelayarannya ke Barat. Ia mendarat di Tanah Rum, kemudian berkuasa sampai ke Tanah Perancis dan Inggris. Sri Maharaja Dipang membelok ke Timur, memerintah negeri Cina dan menaklukkan negeri Jepang. Sementara Dapunta Hyang Sri Maharaja Diraja meneruskan pelayaran ke barat.
Dapunta Hyang Sri Maharaja Diraja tengah berada di tengah laut bersama rombongannya dan juga membawa panglima perang yang terkenal yaitu Kucing Hitam, Harimau Campo, Kambing Hutan dan Anjing Muk Alam. Mereka ini bukanlah bangsa binatang, tetapi manusia biasa juga. Mereka yang berempat dijuluki dengan nama-nama seperti itu sesuai dengan ilmu beladiri yang mereka miliki.
Sri Maharaja Diraja berlayar dengan mempergunakan sebuah perahu kayu jati. Pada suatu pulau perahu mereka tertumpuk batu karang sehingga mengalami kerusakan dan tidak bisa melanjutkan perjalanan. Pada saat itu menitahlah Dapunta Hyang Sri Maharaja Diraja kepada mereka yang berada di atas kapal itu “Barang siapa yang dapat memperbaiki kapal ini seperti semula, akan hamba ambil sebagai menantu”.
Mendengar titah itu beberapa cerdik pandai segera berunding, mencari akal agar dapat memperbaiki perahu itu. Maka dengan karunia Allah, maka lima orang tukang segera bekerja dan kapal itu dapat diperbaiki kembali. Sri Maharaja merasa senang dan serta memuji kepandaian para tukang tersebut.
Kemudian perjalanan dilanjutkan sampai pada suatu ketika mereka melihat dikejauhan ada warna emas yang berkilau-kilauan di terpa sinar matahari. Sang Putra Mahkota Dapunta Hyang memerintahkan juru kemudi mendekati sinar kemilau yang seperti perca-perca berkilauan itu.
Dengan girang nahkoda mengarahkan perahu ke pulau yang berkilau-kilau itu. Mereka mendarat pertama kali di Pulau Nias (Barus). Dapunta Hyang Sri Maharaja Diraja menginjakan kakinya pertama kali di dataran dan mencium tanah yang telah lama tidak dijumpainya. Seluruh bala tentaranya juga mengikuti gerakan yang sama. Di sini mereka mencari perbekalan untuk makanan. Mereka bermalam di Pulau Nias untuk beberapa hari.
Tengah malam Dapunta Hyang bermimpi. Ia seperti masuk ke suatu terowongan yang besar dan di dalamnya terdapat harta karun yang sangat banyak, semuanya emas murni. Mimpinya itu datang berulang kali sampai tiga malam berturut-turut.
Esok harinya Dapunta Hyang Sri Maharaja Diraja memerintahkan nahkoda untuk melanjutkan perjalanan menuju ke arah kilau-kilau yang samar-samar diterpa matahari itu. Mereka meninggalkan Pulau Nias dan melanjutkan berlayar menuju petunjuk mimpi yang selalu bermain di pelupuk matanya itu. Dua hari berlayar mereka sampai di sebuah Pantai yang sangat luas (Pantai Pariaman). Dan yang berkilauan seperti perca itu maka pulau itu dinamakan Pulau Perca (Andalas/Sumatera).
Pisau Sirauik bari hulunyo,
Diasah mangko bamato
Lautan sajo dahulunyo
Mangko banamo Pulau Paco

Di sini mereka menemukan bermacam-macam tanaman ada buah pala, sawit, dan bermacam-macam rempah-rempah lainnya, tetapi semuanya masih berbentuk hutan belantara. Tetapi yang paling dominan tumbuh di sekitar pantai pohon kepala. Negeri yang kaya dengan sumber alam. Sri Maharaja Diraja memerintahkan mengikat perahu di pinggir pantai.
Dapunta Hyang bersama bala tentaranya yang puluhan itu melanjutkan perjalanan menempuh hutan belantara. Pertama ia mencari daerah ketinggian supaya mudah melihat ke sekeliling kalau sewaktu-waktu ada musuh yang datang. Kedua untuk menghindari amukan binatang buas, seperti harimau, singa, beruang, ular, dan binatang berbahaya lainnya. Berhari-hari mereka menempuh hutan belantara dan kala malam datang mereka bermalam sambil menyalakan api unggun untuk menghangatkan badan.
Setelah seminggu berjalan di dalam hutan mereka menemukan suatu puncak yang tinggi. Dari di puncak ini bisa melihat kesegala arah mata angin. Puncak yang tinggi ini bernama puncak Gunung Merapi. Mereka menetap di sini berpuluh-puluh tahun atau bahkan beratus-ratus tahun lamanya.
Gunung Merapi disamping tempatnya yang stategis juga berfungsi tempat menyembah berhala oleh Dapunta Hyang dan bala tentaranya serta anggota keluarga yang telah menikah. Mereka beragama Syiwa-Budhis. Kepercayaan mereka terhadap kekuasaan dan kekuatan Dewa Syiwa.  Menyembah berhala dan menyembah dewa yang mereka anggap sebagai penguasa alam. Dengan semakin lamanya mereka tinggal di Gunung Merapi maka lahirlah sebuah pepatah :
Di mano asa titiak palito
Di baliak telong nan batali
Dari mano ada niniak kito
Dari ateh gunuang merapi

Pantun di atas sebagai kontribusi dasar masyarakat Minang yang tinggal di wilayah Minangkabau. Kita sebagai orang Minang jika ada mengungkit-ungkit asal usul ninik kita dari Gunung Merapi. Sekarang kita tidak perlu marah lagi kalau ada yang mengatakan asal ninik kita dari Gunung Merapi. Dengan adanya buku Sejarah Minangkabau ini kita bisa mengatakan bahwa bukan nenek moyang Minangkabau saja yang berasal dari Gunung Merapi tetapi adalah semua Nenek Moyang Bangsa Indonesia, apapun sekarang sukunya. Kesemuanya itu berasal dari Gunung Merapi di Minangkabau.

C.    Kerajaan Pertama di Gunung Merapi
Dapunta Hyang Sri Maharaja Diraja masih berdiam di puncak gunung itu, dengan takdir Tuhan orang-orang yang bernama Kucing hitam, Harimau campo, Kambing hutan dan Anjing Muk Alam masing-masing melahirkan seorang anak perempuan. Begitu pula istri Ninik Sri Maharaja Diraja melahirkan seorang anak perempuan pula. Setelah anak-anak perempuan Sri Maharaja Diraja remaja mereka dinikahkan dengan lima tukang yang memperbaiki kapal.
Setelah berpuluh-puluh tahun tinggal di puncak Gunung Merapi Dapunta Hyang atau Sri Maharaja Diraja mendirikan kerajaan yang pertama yang diberi nama Kerajaan Gunung Merapi. Mereka hidup damai bersama dengan rakyatnya. Mereka bahagia mempunyai seorang raja yang arif adil dan bijaksana serta perkasa.
Di bukik nan indak barangin
Di lurah nan indah baraia
Di sinan mulo ranting dipatah
Di sinan mulo sumua digali
Di sinan sawah satampang banih
Pada suatu hari Dapunta Hyang Sri Maharaja Diraja turun ke bawah tepatnya di lekung pinggang Gunung Merapi. Sri Maharaja Diraja tempat itu diberi nama Labuhan Sitembaga. Disitulah pada masa dahulu ada Sirengkak nan Berdengkang. Di situ pula untuk pertama kalinya orang menggali sumur untuk tempat mandi dan tempat mengambil air minum, karena di sekitar tidak ada air.
Text Box: Inilah asal mula padi di Pariangan 
yang dinamakan Sawah Setampang Benih
Selanjutnya mereka membuat sepiring sawah bernama Sawah Setampang Benih. Disebut setampang benih karena dengan padi yang setampang itu sudah mencukupi untuk makan orang di saat itu, karena mereka belum banyak. Padi itu pula menjadi asal padi yang ada sekarang.
Mula-mula Dapunta Hyang Sri Maharaja Diraja membuat beberapa buah taratak. Kemudian diangsur-angsur membuka lahan tanah untuk dijadikan peladangan. Teratak-teratak itu makin lama makin ramai, lalu tumbuh menjadi dusun, dan dinamakan Galundi Nan Baselo. Beberapa tahun kemudian Galundi Nan Baselo menjadi ramai.
Taratak  mulo dibuek
Sudah taratak menjadi dusun
Sudah dusun manjadi koto
Kudian bakampuang banagari

Karena Galundi Nan Baselo sudah ramai dan beberapa kelompok orang pindah dari Galundi Nan Baselo ke tempat baru. Tempat baru itu oleh Dapunta Hyang Sri Maharaja Diraja serta Cateri Bilang Pandai dinamai Guguk Ampang.
Sri Maharaja Diraja menitahkan rakyatnya membuat sumur untuk para isteri mengambil air. Ada sumur yang dibuat ditempat yang banyak agam tumbuh dan pada tempat yang ditumbuhi kumbuh, sejenis tumbuh-tumbuhan untuk membuat tikar, karung, kembut dan lain sebagainya. Ada pula di tempat yang agak datar. Di tengah-tengah daerah itu mengalir sebuah sungai bernama Batang Bengkawas. Karena sungai itulah lembah Batang Bengkawas menjadi subur sekali.

D.  Nagari Pariangan Padang Panjang
Text Box: Desa Guguk Ampang Pariangan di Kaki Gunung Merapi
Yang Dibangun Oleh Sri Maharaja Diraja
Tidak berapa lama antaranya, orang orang yang menetap di Guguk Ampang berpindah pula dengan membuat setumpak tanah yang datar di baruh Guguk Ampang itu. Tanah di sini lebih baik daripada tanah di Ampang. Mereka pun berbondong-bondong membuat tempat tinggal di tempat yang baru ini dan oleh Dapunta Hyang Sri Maharaja Diraja beserta Cateri Bilang Pandai tempat ini diberi nama Perhurungan. Guguk Ampang tadi pada saat itu bernama kampung Guguk Atas. Lama kelamaan orangpun bertambah berkembang juga, dan kampung Perhurungan bertambah maju. Orang semakin hari semakin riang pula.
Atas prakasa ninik Sri Maharaja Diraja beserta cerdik pandai masa itu, dibuat semacam permainan anak negeri seperti Pencak Silat, Tari Payung dan bermacam peralatan untuk gong dan talempong, gendang, serunai rabab, kecapi dan lain lain sehingga menjadikan orang bertambah riang juga di setiap waktu.
Suasana masyarakat yang selalu dalam keadaan riang itu, menimbulkan keinginan dari Dapunta Hyang Sri Maharaja Diraja dan Cateri Bilang Pandai untuk menganti nama kampung menjadi Pariangan.
Kalau kita memperhatikan lama perjalanan Dapunta Hyang Sri Maharaja Diraja yang memakan waktu lebih 8 hari dari Pulau Punjung/Sungai Dareh ke Sriwijaya Palembang. Maka jarak yang ditaksir dari lokasi pemberangkatan relatif dekat tetapi memakan waktu berhari-hari. Oleh karena itu dapat dinyatakan, bahwa pelabuhan departure adalah Pulau Punjung/Sungai Dareh yang diidentikkan dengan Minanga Tamwan (Muara Kampar).
Sehubungan dengan itu, untuk menyatakan pemberangkatan Dapunta Hyang dari Minanga Tamwan (Muara Kampar) ke Palembang, baik dengan perahu ataupun perjalanan darat akan memakan waktu paling sedikit 22 hari. Sehingga tidak mungkin keberangkatan rombongan Dapunta Hyang di masa itu langsung dari Muara Kampar. Perjalanan dari Muara Kampar, baik melalui laut dengan perahu maupun melalui darat dengan jalan kaki ke Pulau Punjung/Sungai Dareh akan memakan waktu 11 - 15 hari.

E.   RANGKUMAN
Penulis mendapatkan fakta di dalam Tambo bahwa kerajaan yang tertua di Indonesia adalah Kerajaan Gunung Merapi. Tahun 250 SM nenek moyang kita Dapunta Hyang Sri Maharaja Diraja beserta rombongannya (bala tentara) berlajar telah berminggu-minggu di tengah lautan dengan mempergunakan perahu jati.
Waktu Dapunta Hyang dengan gelar Sri Maharaja Diraja terbangun dari tidurnya, mahkota raja diambil dan dikenakannya di atas kepalanya. Ketika pangeran yang berdua terbangun dari tidurnya bukan main sakit hati mereka melihat mahkota itu sudah dikuasai oleh si bungsu.
Maka terjadilah pertengkaran, sehingga akhirnya mereka bertiga berpisah. Sri Maharaja Alif meneruskan pelayarannya ke Barat. Ia mendarat di Tanah Rum, kemudian berkuasa sampai ke Tanah Perancis dan Inggris. Sri Maharaja Dipang membelok ke Timur, memerintah negeri Cina dan menaklukkan negeri Jepang. Sementara Dapunta Hyang gelar Sri Maharaja Diraja meneruskan pelayaran ke barat.
Sri Maharaja Diraja berlayar dengan mempergunakan sebuah perahu kayu jati. Pada suatu pulau perahu mereka tertumpuk batu karang sehingga mengalami kerusakan dan tidak bisa melanjutkan perjalanan. Pada saat itu menitahlah Dapunta Hyang Sri Maharaja Diraja kepada mereka yang berada di atas kapal itu “Barang siapa yang dapat memperbaiki kapal ini seperti semula, akan hamba ambil sebagai menantu”.
Mendengar titah itu beberapa cerdik pandai segera berunding, mencari akal agar dapat memperbaiki perahu itu. Maka dengan karunia Allah, maka lima orang tukang segera bekerja dan kapal itu dapat diperbaiki kembali. Sri Maharaja merasa senang dan serta memuji kepandaian para tukang tersebut.
Dengan girang nahkoda mengarahkan perahu ke pulau yang berkilau-kilau itu. Mereka mendarat pertama kali di Pulau Nias (Barus). Dapunta Hyang menginjakan kakinya pertama kali di dataran dan mencium tanah yang telah lama tidak dijumpainya. Seluruh bala tentaranya juga mengikuti gerakan yang sama. Di sini mereka mencari perbekalan untuk makanan. Mereka bermalam di Pulau Nias untuk beberapa hari.
Setelah seminggu berjalan di dalam hutan mereka menemukan suatu puncak yang tinggi. Dari di puncak ini bisa melihat kesegala arah mata angin. Puncak yang tinggi ini bernama puncak Gunung Merapi. Mereka menetap di sini berpuluh-puluh tahun atau bahkan beratus-ratus tahun lamanya. Gunung Merapi disamping tempatnya yang stategis juga berfungsi tempat menyembah berhala oleh Dapunta Hyang Sri Maharaja Diraja dan rakyatnya.
Nah demikianlah sejarah mula-mulanya nenek moyang bangsa Indonesia mulai datang ke Indonesia.

F.   Tes Formatif
1). Nama bapak Dapunta Hyang Sri Maharaja Diraja adalah ................................
2). Berapa orangkah Dapunta Hyang Sri Maharaja Diraja bersaudara ........................
3). Nama kedua kakak Dapunta Hyang Sri Maharaja Diraja adalah ........................................ dan ........................................
4). Kedatangan imigran pertama ke Indonesia pada tahun ...........
5). Agama yang dianut oleh Dapunta Hyang Sri Maharaja Diraja adalah ............................
6). Dapunta Hyang Sri Maharaja Diraja mendarat pertama kali di Pulau .........................
7). Ada 2 alasan Dapunta Hyang Sri Maharaja Diraja mencari tempat ketinggian untuk tempat tinggal yaitu :
      a. .................................................
      b. .................................................
8).  Sri Maharaja Diraja berlayar dengan perahu ...............
9). Nama kerajaan yang pertama di Indonesia adalah .........................................................
10). Dusun yang tumbuh ramai dinamakan ...................................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar