Buku Pelajaran Untuk
SEKOLAH DASAR
Penulis :
MUHAMMAD
ZALZALAH
|
|||
|
|||
Semester Pertama
BAB I
KERAJAAN GUNUNG MERAPI
A. Pengantar
Banyak buku-buku yang menulis mengenai adat, tambo dan juga tentang Budaya
Alam Minangkabau yang sekarang dipelajari di Sekolah Dasar. Begitu juga pada
seminar kebudayaan, adat istiadat dan masuknya Islam ke Minangkabau. Semuanya
itu sudah sering diseminarkan baik di Sumatera Barat maupun di luar Propinsi
Sumatera Barat. Tetapi kesemua itu tidak menceritakan secara terperinci Sejarah
Minangkabau atau pertama kali datangnya nenek moyang bangsa Indonesia.
Dan di dalam buku
Sejarah Minangkabau ini penulis berusaha mengupas secara lebih terperinci
mula-mula datangnya nenek moyang bangsa Indonesia yang telah penulis perkirakan
menurut bermacam-macam sumber buku sejarah dan tambo yang penulis pelajari,
sehingga penulis berkesimpulan bahwa bangsa Minangkabau adalah bangsa pertama
yang ada di Indonesia.
Generasi sekarang hanya mengetahui bahwa adat adalah sebagai suatu hasil
filsafat yang gemilang dari nenek-moyang suku bangsa Minangkabau terdahulu.
Tetapi bila dipertanyakan siapa penciptanya? Diperoleh jawaban dengan singkat:
“Datuk Katumanggunan dan Datuk Parpatih Nan Sabatang”. Akan tetapi tidak dapat
menyatakan tentang keberadaannya bila dituntut secara fakta yang failit dalam
sejarah Minangkabau.
Mengenai Datuk Katumanggunan dan Datuk Parpatih Nan Sabatang, Bundo
Kandung, Adityawarman dan tokoh-tokoh lainnya sedikit sekali disinggung, namun
tak pernah diarahkan sebagai topik yang sentral dan terarah.
Selama ini para ahli sulit membuktikan keberadaan tokoh-tokoh adat
tersebut, apa lagi menyusun suatu data yang kronologis, karena hanya dianggap
sebagai suatu mitologo. Tetapi di dalam buku Sejarah Minangkabau ini penulis
mencoba untuk mengungkapkan secara detail yang dimulai dari masuknya ninik
moyang Bangsa Indonesia yang pertama kali yaitu di Pulau Perca (Sumatera) yang
dimulai sekitar tahun 250 SM sampai ke zaman pemerintahan Adityawarman.
Penulis mendapatkan fakta di dalam Tambo bahwa kerajaan yang tertua di
Indonesia adalah Kerajaan Gunung Merapi. Tahun 250 SM nenek moyang kita Dapunta
Hyang beserta rombongannya (bala tentara) berlayar telah berminggu-minggu di
tengah lautan dengan mempergunakan perahu dari kayu jati seadanya.
Rombongan yang pertama menginjakan kakinya di Pulau Perca (Sumatera)
dipimpin Dapunta Hyang Sri Maharaja Diraja beragama Syiwa-Buddhis atau
menyembah berhala.
Pengertian Sejarah
“Sejarah” berasal dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang artinya “pohon”.
Menurut pengertian dari bahasa Arab, sejarah sama artinya dengan sebuah batang
pohon yang terus menerus berkembang dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang
lebih kompleks atau ke tingkat yang lebih maju. Sehingga diumpamakan sejarah
menyerupai perkembangan sebuah pohon yang terus menerus berkembang dari akar
sampai ke ranting yang terkecil.
Berbicara mengenai sejarah kita tidak pernah terlepas dari pengalaman masa
lampau yang telah kita lalui. Jadi sejarah bukan sesuatu yang asing bagi kita.
Walaupun demikian masih banyak di antara kita yang belum mengetahui, “Apa
sebenarnya sejarah itu? Apa tujuan
belajar Sejarah dan apa manfaat belajar sejarah terutama Sejarah Minangkabau”.
Belajar Sejarah Minangkabau sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Tidak ada masyarakat di dunia ini yang tidak ada sejarahnya.
Walaupun tidak semuanya mengetahui bagaimana kehidupan di dalam masyarakat
terdahulu. Ini disebabkan kurangnya peninggalan tertulis di tengah-tengah masyarakat
terdahulu.
Dengan mempelajari Sejarah Minangkabau, kita akan mendapat gambaran tentang
kedatangan nenek moyang dan kehidupan masyarakat di masa lampau dan mengetahui
peristiwa-peristiwa serta kejadian-kejadian yang terjadi. Peristiwa-peristiwa
yang terjadi di masa lalu dapat kita jadikan sebagai suatu pedoman dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di masa yang akan datang.

B. Iskandar
Zulkarnain Raja Macedonia
Iskandar yang Agung ialah anak dari Maharaja Philip II dari Macedonia dan
ibunya Puteri Olympias dari Epirus.
Aristoteles ialah guru pribadi Iskandar. Beliau memberikan latihan yang
teliti kepada Iskandar dalam bidang retorik dan kesusasteraan serta melatih
minatnya terhadap sains.
Ketika Iskandar yang berumur 16 tahun ia dilantik untuk mernerintah
Macedonia pada 339 SM. Dan pada tahun 338 SM, Raja Philip II mencipta Liga
Corinth. Iskandar juga membantu ayahandanya dalam Perang Chaeronea yang berlaku
pada tahun itu.
Sayap pasukan berkuda yang dikomandani oleh Iskandar mengalahkan kumpulan
Suci dari Thebes. Maharaja Philip II merebut Boeotia daripada Thebes dan
meninggalkan sekumpulan garison di dalam kubu kota. Namun sesudah melantik
Iskandar menjadi Raja di Macedonia, tahun 339 M, Raja Philip mengambil isteri
kedua, dan menyebabkan ibunda Iskandar, Olympias, merasa sedih. Ini pula
menyebabkan perkelahian antara Iskandar dengan ayahandanya, sehingga pewarisan
takhta Iskandar terhadap Macedonia hampir-hampir tidak jelas.
Pada tahun 336 SM, Maharaja Philip II dibunuh sewaktu menyertai upacara
perkahwinan anak perempuannya, Cleopatra dari Macedonia, dengan Maharaja
Alexander dari Epirus. Pembunuhnya Maharaja Philip II adalah Pausanias.
Pada tahun 335 SM, Iskandar bertempur dengan Thrace dan lilyria untuk
merebut Danube di bagian Utara Kerajaan Macedonia. Orang Thebes dan Athena
memberontak. Iskandar pun membalas, Thebes memutuskan untuk menentang mereka.
Penentangan itu sia-sia, pada akhirnya, kota itu kalah dengan banyak petumpahan
darah. Orang-orang Thebes menghadapi penderitaan yang amat menyedihkan sewaktu
kota mereka dibakar dan wilayah mereka dibagikan kepada negara Boeotia.
Dari untaian sejarah ini, dapat kita pahami bahwa Iskandar Zulkarnain dari
Macedonia, telah berlangsung pada tahun 339 SM dan berkuasa di Macedonia.
Dari Macedonia, angkatan tentara Iskandar melintasi Hellespont dengan
kira-kira 42.000 orang tentara yang terdiri khusus dari orang Macedonia dan
orang Yunani, dan termasuk juga orang Thrace, Paionia dan Illyria. Sesudah
kemenangan pertama menentang angkatan Parsi dalam Perang Granicus, Iskandar
menerima pengakuan kalah dari ibu kota daerah Parsi serta perbendaharaan Sardis
dan menuju ke arah pantai Lonia
Di Halicarnassus, Iskandar berhasil membuat pengepungan yang pertama dari
medan yang berikutnya, dan akhirnya memaksa musuhnya, Memnon dan Rhodes yang
merupakan kapten tentara bayaran dari Orontobates, pelindung Parsi dan Caria,
untuk mundur melalui laut. Dari Halicarnassus, Iskandar menuju ke Lycia yang merupakan
daerah pergunungan serta dataran Pamphylia, dan mengawal semua kota di persisir
pantai. Karena tidak ada pelabuhan yang utama dari Pamphylia, Iskandar menuju
ke pedalaman.
Di Termessus, Iskandar menundukkan Pisidia, tapi tidak menggempur kota itu.
Di Gordium, ibu kota Phrygia kuno, Iskandar mengalahkan Gordius (Gordian Knot),
satu pencapaian dalam menunggu bakal “raja Asia”. Angkatan tentera Iskandar
melintasi Gentang Cilicia, bertemu dan mengalahkan angkatan tentara Parsi yang
utama di bawah arahan Darius III dalam Perang Issus pada tahun 333 SM.
Iskandar menaklukkan Tyre dan Gaza dalam perjalanan menuju pantai
Mediteranians setelah lebih dahulu mengepung Tyre, tetapi tidak mernasuki kota
Al Quds di Yerusalem. Dalam tahun 332 SM sehingga 331 SM, Iskandar di
agung-agungkan sebagai pembebas kerajaan Mesir. Iskandar meresmikan Alexandria
(Iskandariah) di Mesir yang kemudian menjadi ibukota yang makmur untuk Dinasti
Ptolemy.
Iskandar menuju ke arah timur ke Assyria (kini Iraq utara), dan mengalahkan
Darius dan angkatan tentara Parsi yang ketiga di Perang Gaugamela. Darius
terpaksa melarikan diri, dan Iskandar mengejarnya hingga ke Arbela. Sewaktu
Darius lari melintasi gunung ke Ecbatana (Hamadart), Iskandar menuju ke
Babylon.
Dari Babylon, Iskandar pergi ke Susa yang merupakan salah satu ibu kota
Achaemenid, dan mengalahkan pemimpinnya dengan mengirim angkatan tentaranya ke
Persepolis ibu kota Parsi, melalui Royal Road, Iskandar menawan Genting Parsi (di
Gunung-ganung Zagros), dan kemudiannya memecut ke Persepolis sebelum
pimpinannya di kuasai Iskandar dengan membakar istana Xerxes dan merebak ke
seluruh kota.
Kelompok Iskandar selama tiga tahun menentang Bessus buat permulaanya dan
kemudiannya Spitamenes, pelindung Sogdiana, membawanya ke Media, Parthia, Aria,
Drangiana, Arachosia, Bactria, dan Scythia. Akhirnya, kedua-dua tokoh itu dikhianati
oleh orang-orang sendiri, Bessus pada tahun 329 SM dan Spitamenes pada tahun
yang berikutnya. Dalam proses itu, Iskandar menewaskan Herat dan Maracanda.
Iskandar juga mendirikan kota-kota yang baru, kesemuanya diberi nama
“Alexandria”, termasuknya Kandahar di Afghanistan, dan Alexandria Eschate di
Tajikistan.
Dari Tanjikistan Menuju India
Sesudah kematian Spitamenes dan perkahwinannya dengan Roxana untuk menjalin persahabatan dengan
pelindung-pelindung barunya dari Asia Tengah, Iskandar akhirnya mengalihkan
perhatiannya ke India Pada tahun 326 SM. Maharaja Ambhi, pemerintah Taxila,
menyerahkan kotanya kepada Iskandar tanpa pertempuran berarti. Sebagaimana di
Italia, maka di negeri baru ini Iskandar juga membuat uang Coin yang kemudian menyebar
ke seluruh India.
Uang yang dicetak di Babylon untuk memperingati kelompok Iskandar di India,
pada sekitar 323 SM. Kepala Iskandar berdiri dengan bersenjata penuh sewaktu
dimahkotai oleh Nike, serta memegang Zeus, dewa petir.
Ekor penunggang Yunani, kemungkinan Iskandar, menyerang gajah dalam perang
India, mungkin ketika perang Porus di sini tampak Iskandar dalam pakaian
kebesaranmya memakai dua Tanduk.
Iskandar kemudian menamakan salah satu daripada dua buah kota yang baru
diresmikannya sebagai “Bucephala”, untuk menghormati kuda yang membawanya ke
India. Iskandar meneruskan penaklukan ke semua negeri dekat sungai yang
mengalir ke Sungai Indus.
Di timur kemaharajaan Porus yang berdekatan dengan Sungai Gangga, terletak
sebuah kota Magadha yang sangat kukuh yang diperintah oleh Dynasti Nanda. Dari
sini, terjadi perpecahan dalam tubuh angkatan perang yang pimpin Iskandar. Oleh
karena takut terhadap prospek untuk menghadapi angkatan tentara India yang amat
kuat, karena sudah amat letih sesudah berperang bertahun-tahun, tentara
Iskandar memberontak dan enggan bergerak ke timur. Oleh Coenus, salah seorang mitranya,
Iskandar membujuk untuk kembali ke Babylonia.
Namun dalam perjalanan kembali pulang Iskandar menaklukkan semua kawasan di
Indus selatan Lautan India. Iskandar mengutus Jeneral Craterus dengan sebahagian besar angkatan tentaranya ke
Carmania (Iran selatan), dan memerintah angkatan laut di bawah Laksamana
Nearchus untuk membuka pesisir Teluk Parsi. Baginda mengetuai tentara-tentara
yang tinggal untuk kembali ke Parsi melalui Gedrosia (kini, Makran di Pakistan
Selatan).
Setelah mengetahui banyak pelindung dan tentaranya berkelakuan tidak setia,
Iskandar menjalankan hukuman mati terhadap mereka sebagai contoh untuk yang
lain, kejadian ini terjadi dalam perjalanan ke Susa. Sebagai rasa terima kasih,
baginda membayar hutang bagi tentaranya dan mengumumkan yang cukup umur dan
yang kehilangan semangat akan pulangkan ke Macedonia di bawah Craterus melalui
lautan samudra India.
Para tentara angkatan perang itu juga mengkritik dengan perasaan pahit
terhadap adat-adat dan pakaian Parsi. Tetapi untuk mencipta keharmonian yang
kekal antara orang Macedonia dan Parsi, Iskandar mengadakan kawin beramai-ramai
antara pegawai-pegawai kepercayaannya dengan wanita-wanita bangsawan Parsi dan
bangsawan yang lain di Opis. Usaha untuk menggabungkan kebudayaan Parsi dengan
kebudayaan Yunani dalam tentara Yunani termasuk melatih sepasukan tentera Parsi
dalam cara orang Macedonia, sebagai salah satu upaya Iskandar memelihara
keutuhan pasukkan perangnya. Di Parsi, Iskandar menggunakan gelar Parsi, Shahanshah
(“maharaja agung” atau “maharaja antara maharaja-maharaja”).
Sebelum kembali ke Babylon, Iskandar kawin dengan puteri Kida Hindi dan
mempunyai keturunan seorang puteri. Beberapa tahun kemudian baginda jatuh sakit
dan kemudian mangkat pada hari Jumat, pukul empat petang, dalam perjalanan dari
Hindi ke Italia.
Puteri Iskandar Zulkarnain ini, kawin dengan Raja Aristunsyah, raja dari
Turkey, anak yang lahir dari perkawinan itu, adalah Raja Aftas yang mewarisi
kekuasaan Iskandar Zulkarnain di Macedonia, negeri Hindi, dan Tureystan.
Keturunan raja Aftas yang menjadi Raja di kerajaan Chola di lembah sungai Indus.
Kerajaan Chola merupakan kerajaan kuat di wilayah India Selatan. Kerajaan ini
muncul dalam kisah Mahabharata. Bangsa ini dipercaya memiliki hubungan dengan bangsa
Siwi atau Sibi, bersama dengan Sindlau Sauwira. Dalam catatan sejarah, Kerajaan
Chola tumbuh sebagai kerajaan yang besar dan raja-rajanya adalah keturunan dari
Puteri Kida Hindi, yang dikawini Iskandar Zulkarnain, sekitar tahun 325 SM.
Awal Kedatangan Nenek Moyang
Sedangkan putra-putra
Raja Iskandar Zulkarnain ada tiga orang dari perkawinannya yang pertama di
Macedonia. Pada suatu waktu mereka bertiga berlayar. Dan dekat Pulau Sailan
mahkota emas mereka jatuh ke dalam laut. Puluhan orang yang ahli menyelam
dikerahkan untuk mengambilnya. Tetapi tidak berhasil, ini disebabkan mahkota
emas dipalut oleh seekor ular di dasar laut. Seorang panglima memanggil seorang
pandai emas. Tukang emas itu diperintahkan untuk membuat sebuah mahkota yang
serupa. Pandai emas menggunakan suatu
alat yang dinamakan “Camin Taruih”
untuk dapat meniru dengan sempurna mahkota tersebut. Setelah pandai emas selesai
membuat mahkota emas ia dibunuh. Ini demi menjaga rahasia agar tidak terbongkar
dan juga tidak dapat ditiru lagi.
Waktu Dapunta Hyang dengan gelar Sri Maharaja Diraja terbangun dari
tidurnya, mahkota yang telah dibuat pandai emas itu diambil dan dikenakannya di
atas kepalanya. Ketika pangeran yang berdua terbangun dari tidurnya bukan main
sakit hati mereka melihat mahkota itu sudah dikuasai oleh si Bungsu.
Maka terjadilah pertengkaran, sehingga akhirnya mereka bertiga berpisah.
Sri Maharaja Alif meneruskan pelayarannya ke Barat. Ia mendarat di Tanah Rum,
kemudian berkuasa sampai ke Tanah Perancis dan Inggris. Sri Maharaja Dipang
membelok ke Timur, memerintah negeri Cina dan menaklukkan negeri Jepang.
Sementara Dapunta Hyang Sri Maharaja Diraja meneruskan pelayaran ke barat.
Dapunta Hyang Sri Maharaja Diraja tengah berada di tengah laut bersama
rombongannya dan juga membawa panglima perang yang terkenal yaitu Kucing Hitam,
Harimau Campo, Kambing Hutan dan Anjing Muk Alam. Mereka ini bukanlah bangsa
binatang, tetapi manusia biasa juga. Mereka yang berempat dijuluki dengan
nama-nama seperti itu sesuai dengan ilmu beladiri yang mereka miliki.
Sri Maharaja Diraja berlayar dengan mempergunakan sebuah perahu kayu jati.
Pada suatu pulau perahu mereka tertumpuk batu karang sehingga mengalami
kerusakan dan tidak bisa melanjutkan perjalanan. Pada saat itu menitahlah
Dapunta Hyang Sri Maharaja Diraja kepada mereka yang berada di atas kapal itu
“Barang siapa yang dapat memperbaiki kapal ini seperti semula, akan hamba ambil
sebagai menantu”.
Mendengar titah itu beberapa cerdik pandai segera berunding, mencari akal
agar dapat memperbaiki perahu itu. Maka dengan karunia Allah, maka lima orang
tukang segera bekerja dan kapal itu dapat diperbaiki kembali. Sri Maharaja merasa
senang dan serta memuji kepandaian para tukang tersebut.
Kemudian perjalanan dilanjutkan sampai pada suatu ketika mereka melihat dikejauhan
ada warna emas yang berkilau-kilauan di terpa sinar matahari. Sang Putra
Mahkota Dapunta Hyang memerintahkan juru kemudi mendekati sinar kemilau yang
seperti perca-perca berkilauan itu.
Dengan girang nahkoda mengarahkan perahu ke pulau yang berkilau-kilau itu.
Mereka mendarat pertama kali di Pulau Nias (Barus). Dapunta Hyang Sri Maharaja
Diraja menginjakan kakinya pertama kali di dataran dan mencium tanah yang telah
lama tidak dijumpainya. Seluruh bala tentaranya juga mengikuti gerakan yang
sama. Di sini mereka mencari perbekalan untuk makanan. Mereka bermalam di Pulau
Nias untuk beberapa hari.
Tengah malam Dapunta Hyang bermimpi. Ia seperti masuk ke suatu terowongan
yang besar dan di dalamnya terdapat harta karun yang sangat banyak, semuanya
emas murni. Mimpinya itu datang berulang kali sampai tiga malam berturut-turut.
Esok harinya Dapunta Hyang Sri Maharaja Diraja memerintahkan nahkoda untuk
melanjutkan perjalanan menuju ke arah kilau-kilau yang samar-samar diterpa
matahari itu. Mereka meninggalkan Pulau Nias dan melanjutkan berlayar menuju
petunjuk mimpi yang selalu bermain di pelupuk matanya itu. Dua hari berlayar
mereka sampai di sebuah Pantai yang sangat luas (Pantai Pariaman). Dan yang
berkilauan seperti perca itu maka pulau itu dinamakan Pulau Perca (Andalas/Sumatera).
Pisau Sirauik bari hulunyo,
Diasah mangko bamato
Lautan sajo dahulunyo
Mangko banamo Pulau Paco
Di sini mereka menemukan bermacam-macam tanaman ada buah pala, sawit, dan
bermacam-macam rempah-rempah lainnya, tetapi semuanya masih berbentuk hutan
belantara. Tetapi yang paling dominan tumbuh di sekitar pantai pohon kepala.
Negeri yang kaya dengan sumber alam. Sri Maharaja Diraja memerintahkan mengikat
perahu di pinggir pantai.
Dapunta Hyang bersama bala tentaranya yang puluhan itu melanjutkan
perjalanan menempuh hutan belantara. Pertama ia mencari daerah ketinggian supaya
mudah melihat ke sekeliling kalau sewaktu-waktu ada musuh yang datang. Kedua
untuk menghindari amukan binatang buas, seperti harimau, singa, beruang, ular,
dan binatang berbahaya lainnya. Berhari-hari mereka menempuh hutan belantara
dan kala malam datang mereka bermalam sambil menyalakan api unggun untuk
menghangatkan badan.
Setelah seminggu berjalan di dalam hutan mereka menemukan suatu puncak yang
tinggi. Dari di puncak ini bisa melihat kesegala arah mata angin. Puncak yang
tinggi ini bernama puncak Gunung Merapi. Mereka menetap di sini berpuluh-puluh
tahun atau bahkan beratus-ratus tahun lamanya.
Gunung Merapi disamping tempatnya yang stategis juga berfungsi tempat
menyembah berhala oleh Dapunta Hyang dan bala tentaranya serta anggota keluarga
yang telah menikah. Mereka beragama Syiwa-Budhis. Kepercayaan mereka terhadap
kekuasaan dan kekuatan Dewa Syiwa.
Menyembah berhala dan menyembah dewa yang mereka anggap sebagai penguasa
alam. Dengan semakin lamanya mereka tinggal di Gunung Merapi maka lahirlah
sebuah pepatah :
Di mano asa titiak palito
Di baliak telong nan batali
Dari mano ada niniak kito
Dari ateh gunuang merapi
Pantun di atas sebagai kontribusi dasar masyarakat Minang yang tinggal di
wilayah Minangkabau. Kita sebagai orang Minang jika ada mengungkit-ungkit asal
usul ninik kita dari Gunung Merapi. Sekarang kita tidak perlu marah lagi kalau
ada yang mengatakan asal ninik kita dari Gunung Merapi. Dengan adanya buku
Sejarah Minangkabau ini kita bisa mengatakan bahwa bukan nenek moyang
Minangkabau saja yang berasal dari Gunung Merapi tetapi adalah semua Nenek Moyang
Bangsa Indonesia, apapun sekarang sukunya. Kesemuanya itu berasal dari Gunung
Merapi di Minangkabau.
C.
Kerajaan
Pertama di Gunung Merapi
Dapunta Hyang Sri
Maharaja Diraja masih berdiam di puncak gunung itu, dengan takdir Tuhan orang-orang
yang bernama Kucing hitam, Harimau campo, Kambing hutan dan Anjing Muk Alam
masing-masing melahirkan seorang anak perempuan. Begitu pula istri Ninik Sri
Maharaja Diraja melahirkan seorang anak perempuan pula. Setelah anak-anak perempuan
Sri Maharaja Diraja remaja mereka dinikahkan dengan lima tukang yang
memperbaiki kapal.
Setelah berpuluh-puluh tahun tinggal di puncak Gunung Merapi Dapunta Hyang atau
Sri Maharaja Diraja mendirikan kerajaan yang pertama yang diberi nama Kerajaan Gunung Merapi. Mereka hidup
damai bersama dengan rakyatnya. Mereka bahagia mempunyai seorang raja yang arif
adil dan bijaksana serta perkasa.
Di bukik nan indak barangin
Di lurah nan indah baraia
Di sinan mulo ranting dipatah
Di sinan mulo sumua digali
Di sinan sawah satampang banih
Pada suatu hari Dapunta Hyang Sri Maharaja Diraja turun ke bawah tepatnya
di lekung pinggang Gunung Merapi. Sri Maharaja Diraja tempat itu diberi nama Labuhan Sitembaga. Disitulah pada masa
dahulu ada Sirengkak nan Berdengkang.
Di situ pula untuk pertama kalinya orang menggali sumur untuk tempat mandi dan
tempat mengambil air minum, karena di sekitar tidak ada air.

Mula-mula Dapunta Hyang Sri Maharaja Diraja membuat beberapa buah taratak.
Kemudian diangsur-angsur membuka lahan tanah untuk dijadikan peladangan.
Teratak-teratak itu makin lama makin ramai, lalu tumbuh menjadi dusun, dan dinamakan
Galundi Nan Baselo. Beberapa tahun
kemudian Galundi Nan Baselo menjadi
ramai.
Taratak mulo dibuek
Sudah taratak menjadi dusun
Sudah dusun manjadi koto
Kudian bakampuang banagari
Karena Galundi Nan Baselo sudah
ramai dan beberapa kelompok orang pindah dari Galundi Nan Baselo ke tempat baru. Tempat baru itu oleh Dapunta
Hyang Sri Maharaja Diraja serta Cateri Bilang Pandai dinamai Guguk Ampang.
Sri Maharaja Diraja menitahkan rakyatnya membuat sumur untuk para isteri
mengambil air. Ada sumur yang dibuat ditempat yang banyak agam tumbuh dan pada
tempat yang ditumbuhi kumbuh, sejenis tumbuh-tumbuhan untuk membuat tikar,
karung, kembut dan lain sebagainya. Ada pula di tempat yang agak datar. Di
tengah-tengah daerah itu mengalir sebuah sungai bernama Batang Bengkawas.
Karena sungai itulah lembah Batang Bengkawas menjadi subur sekali.
D. Nagari
Pariangan Padang Panjang


Atas prakasa ninik Sri Maharaja Diraja beserta cerdik pandai masa itu,
dibuat semacam permainan anak negeri seperti Pencak Silat, Tari Payung dan
bermacam peralatan untuk gong dan talempong, gendang, serunai rabab, kecapi dan
lain lain sehingga menjadikan orang bertambah riang juga di setiap waktu.
Suasana masyarakat yang selalu dalam keadaan riang itu, menimbulkan
keinginan dari Dapunta Hyang Sri Maharaja Diraja dan Cateri Bilang Pandai untuk
menganti nama kampung menjadi Pariangan.
Kalau kita memperhatikan lama perjalanan Dapunta Hyang Sri Maharaja Diraja
yang memakan waktu lebih 8 hari dari Pulau Punjung/Sungai Dareh ke Sriwijaya
Palembang. Maka jarak yang ditaksir dari lokasi pemberangkatan relatif dekat
tetapi memakan waktu berhari-hari. Oleh karena itu dapat dinyatakan, bahwa
pelabuhan departure adalah Pulau
Punjung/Sungai Dareh yang diidentikkan dengan Minanga Tamwan (Muara Kampar).
Sehubungan dengan itu, untuk menyatakan pemberangkatan Dapunta Hyang dari Minanga Tamwan (Muara Kampar) ke
Palembang, baik dengan perahu ataupun perjalanan darat akan memakan waktu
paling sedikit 22 hari. Sehingga tidak mungkin keberangkatan rombongan Dapunta
Hyang di masa itu langsung dari Muara Kampar. Perjalanan dari Muara Kampar,
baik melalui laut dengan perahu maupun melalui darat dengan jalan kaki ke Pulau
Punjung/Sungai Dareh akan memakan waktu 11 - 15 hari.

Penulis mendapatkan fakta di dalam Tambo bahwa kerajaan yang tertua di
Indonesia adalah Kerajaan Gunung Merapi. Tahun 250 SM nenek moyang kita Dapunta
Hyang Sri Maharaja Diraja beserta rombongannya (bala tentara) berlajar telah
berminggu-minggu di tengah lautan dengan mempergunakan perahu jati.
Waktu Dapunta Hyang dengan gelar Sri Maharaja Diraja terbangun dari
tidurnya, mahkota raja diambil dan dikenakannya di atas kepalanya. Ketika
pangeran yang berdua terbangun dari tidurnya bukan main sakit hati mereka
melihat mahkota itu sudah dikuasai oleh si bungsu.
Maka terjadilah pertengkaran, sehingga akhirnya mereka bertiga berpisah.
Sri Maharaja Alif meneruskan pelayarannya ke Barat. Ia mendarat di Tanah Rum,
kemudian berkuasa sampai ke Tanah Perancis dan Inggris. Sri Maharaja Dipang
membelok ke Timur, memerintah negeri Cina dan menaklukkan negeri Jepang. Sementara
Dapunta Hyang gelar Sri Maharaja Diraja meneruskan pelayaran ke barat.
Sri Maharaja Diraja berlayar dengan mempergunakan sebuah perahu kayu jati.
Pada suatu pulau perahu mereka tertumpuk batu karang sehingga mengalami
kerusakan dan tidak bisa melanjutkan perjalanan. Pada saat itu menitahlah
Dapunta Hyang Sri Maharaja Diraja kepada mereka yang berada di atas kapal itu
“Barang siapa yang dapat memperbaiki kapal ini seperti semula, akan hamba ambil
sebagai menantu”.
Mendengar titah itu beberapa cerdik pandai segera berunding, mencari akal
agar dapat memperbaiki perahu itu. Maka dengan karunia Allah, maka lima orang
tukang segera bekerja dan kapal itu dapat diperbaiki kembali. Sri Maharaja
merasa senang dan serta memuji kepandaian para tukang tersebut.
Dengan girang nahkoda mengarahkan perahu ke pulau yang berkilau-kilau itu.
Mereka mendarat pertama kali di Pulau Nias (Barus). Dapunta Hyang menginjakan
kakinya pertama kali di dataran dan mencium tanah yang telah lama tidak
dijumpainya. Seluruh bala tentaranya juga mengikuti gerakan yang sama. Di sini
mereka mencari perbekalan untuk makanan. Mereka bermalam di Pulau Nias untuk
beberapa hari.
Setelah seminggu berjalan di dalam hutan mereka menemukan suatu puncak yang
tinggi. Dari di puncak ini bisa melihat kesegala arah mata angin. Puncak yang
tinggi ini bernama puncak Gunung Merapi. Mereka menetap di sini berpuluh-puluh
tahun atau bahkan beratus-ratus tahun lamanya. Gunung Merapi disamping
tempatnya yang stategis juga berfungsi tempat menyembah berhala oleh Dapunta
Hyang Sri Maharaja Diraja dan rakyatnya.
Nah demikianlah sejarah mula-mulanya nenek moyang bangsa Indonesia mulai
datang ke Indonesia.
F. Tes
Formatif
1). Nama bapak Dapunta Hyang Sri
Maharaja Diraja adalah ................................
2). Berapa orangkah Dapunta Hyang Sri
Maharaja Diraja bersaudara ........................
3). Nama kedua kakak Dapunta Hyang
Sri Maharaja Diraja adalah ........................................ dan
........................................
4). Kedatangan imigran pertama ke
Indonesia pada tahun ...........
5). Agama yang dianut oleh Dapunta
Hyang Sri Maharaja Diraja adalah ............................
6). Dapunta Hyang Sri Maharaja Diraja
mendarat pertama kali di Pulau .........................
7). Ada 2 alasan Dapunta Hyang Sri
Maharaja Diraja mencari tempat ketinggian untuk tempat tinggal yaitu :
a.
.................................................
b.
.................................................
8). Sri Maharaja Diraja berlayar
dengan perahu ...............
9). Nama kerajaan yang pertama di
Indonesia adalah .........................................................
10). Dusun yang tumbuh ramai dinamakan ...................................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar